You don’t have to wait until being bigger to do something good or to be useful. Just do it right now!
“Ngapain kamu tiba-tiba beli mesin jahit mini gitu? Beneran bisa fungsi gitu?,” tanya suami ketika saya menunjukkan mesin jahit mini yang saya beli. Itu sekitar empat bulan lalu.
“Bisa lah, mari kita buktikan,” jawab saya percaya diri padahal ya sebenarnya tidak yakin juga.
Ikhwal cerita, saya nekat beli mesin jahit mini harga seratusan ribu rupiah karena penasaran. Dulu, ketika masih tinggal di Jepang, saya sempat diantar suami lihat mesin-mesin jahit di beberapa toko. Hampir beli, tapi qodarullaah keduluan rencana untuk back for good, jadi ditunda dulu.Setelah dua tahunan di sini, saya sempat hilang keinginan untuk beli mesin jahit. Namun, keisengan bikin baju untuk anak-anak kambuh & bikin nagih, padahal saya hanya jahit tangan selama ini. Pegel juga kalau mesti jahit tangan terus. Kayaknya butuh mesin jahit deh! Tapi kata suami, kalau tidak benar-benar butuh, tidak boleh.
Ya sudah, dengan duit jajan, pesan daring saja si mesin jahit mini. Itu pun setelah baca banyak review, lihat banyak video tutorial, dan menimbang baik buruknya berpekan-pekan. Jadi, bukan karena kepingin ikut-ikutan orang lain.
Maasyaa Allaah tabaarakallaahu. Hasil kerjanya si mesin jahit mini ini, lumayan lah kalau hanya untuk kebutuhan rumahan kayak kami. Daster & celana bolong, bisa diperbaiki dalam waktu singkat. Beberapa baju anak-anak juga berhasil saya buat hanya dengan si mungil ini. Bahkan saya berhasil menjahit baju rumahan untuk diri saya sendiri pekan lalu. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Hasilnya? Nyaman kok.
Beberapa hasil jahitan dengan mesin jahit mini :
Suami pun takjub ketika lihat saya mengoperasikan mesin jahit mini ini,”Heh, gerak beneran? Kuat gitu jahitannya? Kamu bisa jahit dari mana? Katanya ga pernah nyoba.”
Hasil jahitan, kuat. Tergantung jenis kain & pengaturan tekanan benang juga sih sebenarnya. Namun, sejauh ini, baju-bajunya anak-anak masih tetap oke jahitannya. Tidak ada jahitan yang tiba-tiba lepas.
Belajar jahit dari mana? Dari dalam hati. Bukan ding, yang benar secara otodidak. Saya memang tidak pernah belajar memakai mesin jahit listrik, tapi dulu kala zaman internet belum jadi kebutuhan primer kayak sekarang, saya pernah diajari cara memakai mesin jahit manual. Berhasil? Sukses? Gagal total. Tidak perlu dibahas apa sebabnya.
Dibilang tahu tentang menjahit, ya tidak juga. Namun, dibilang tanpa bekal ilmu menjahit, ya tidak juga. Saat SMP, kelas saya dapat jatah muatan lokal belajar menjahit selama satu tahun. Lumayan lah, setidaknya ada sedikit ilmu dan masih nyantol sampai sekarang.
Ketika di Jepang, saya beberapa kali menjahit baju untuk anak-anak. Jahit tangan. Kainnya bekas gamis baru, -yang ternyata jahitannya tidak bagus jadi dibongkar saja-, maupun kain baru beli di toko kain dan alat jahit.Beberapa jahitan lama saya dengan jahitan tangan :
Kenapa baru sekarang belajar menjahit? Ikutan tren ya? Alhamdulillaah, saya ikut kata hati saja. Saya tidak biasa lirik kanan-kiri soalnya kalau untuk urusan minat & keinginan. Katakan sekarang trennya kue warna hitam misalnya, saya tidak biasa lansung ikutan bikin. Begitupun menjahit ini.
Ya kalau ditanya tentang mulai jahit, ya sudah lama berniat mau beli mesin jahit. Dulu kan proyeksinya bakal lama di Jepang jadi kayaknya butuh bisa jahit untuk kebutuhan sekolah anak-anak. Ternyata baru sekarang terwujud, meski hanya pakai mesin jahit mini. Qodarullaah wa maa sya-a fa’alaa.
Nah, ringkasnya beginilah catatan saya tentang mesing jahit mini ini :
- Ringkih karena hampir seluruh body-nya dari plastik, kecuali sepatu jahit & jarum pastinya.
- Hanya bisa satu tipe jahitan, jahitan lurus dasar.
- Seri yang saya beli, sudah dilengkapi kait pemotong benang, lampu di atas jarum, serta ada buku petunjuk pemakaian.
- Ada pedal kaki.
- Ada tombol otomatis untuk jahitan lurus jadi kaki tidak capek nekan pedal.
- Ada tombol untuk mengatur tempo jatuhnya jarum, mau cepat atau lambat.
- Tidak bisa untuk kain yang terlalu tipis & licin, atau mungkin bisa tapi saya belum ketemu caranya.
- Tidak bisa untuk kain yang terlalu tebal.
- Karena body-nya plastik dan kecil mungil jadi mudah bergeser. Jadi pastikan menjahit di tempat datar dan tidak sambil salto, koprol, atapun meleng sana-sini.
- Karena hanya bisa jahitan lurus, bisa diakali dengan metode stik balik (french stitch). Jadi tidak perlu obras maupun semi obras. Apalagi kalau orangnya malas keluar rumah seperti saya, pilih stik balik ketimbang cari tukang obras. Stik balik kan jadinya tebal? Tidak dong, kalau pakai cara & trik yang benar. Kapan-kapan ditulis deh, di artikel lain.
- Tenaganya bisa pakai baterai, jadi bisa dibawa piknik sambil jahit misalnya. Namun, kuat berapa lamanya, saya belum pernah coba.
- Awet tidak? Belum tahu. Sejauh ini, empat bulan berjalan dan masih sehat & lancar.
- Cara pakainya bagaimana? Ada banyak tutorial penggunaan mesin jahit mini ini di YouTube. Jadi tidak usah terbawa rumor dari review orang-orang yang gagal paham atau salah pakai mesin jahit ini. Berfungsi kok, beneran.
- Harganya murah meriah. Lebih murah dari harga skin care impor. Jadi, beli saja kalau ingin latihan. Anggap saja seratusan ribu untuk biaya latihan mandiri.
- Kenapa belinya mesin jahit mini bukan mesin jahit listrik beneran yang harganya jutaan? Pertama, murah. Kedua, buat latihan saja niatnya. Ketiga, urusan lo apa nanya-nanya? 😀
Begitu dulu catatannya tentang mesin jahit mini. Kapan-kapan berbagi cerita lagi, insyaa Allaah.Seumpama ada yang mbatin,”Halah, segitu doang berani benar cerita di blog.” Maasyaa Allaah tabaarakallaahu, cerita-cerita di blog ini ataupun blog yang lama murni karena saya mau menorehkan ingatan atas pengalaman saya saja sih. Jadi ya tidak ada urusan dengan orang lain :D.
Setiap orang punya tempo & waktunya masing-masing. Ibarat bunga, mekarnya kadang tidak sama meski dari satu pohon bahkan dahan yang sama. So, be wise & be respectful to other’s life.